Mesin Pencari

Selasa, 22 Juli 2008

Sirkulasi Air Tambak – 03 – Metode

Kegiatan sirkulasi air tambak dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada tingkat kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. Metode yang biasa digunakan dalam kegiatan budidaya udang adalah

  1. Sirkulasi air dengan pola buang isi, yaitu pergantian air tambak dengan cara melakukan pembuangan air tambak sampai pada volume tertentu terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan pengisian kembali air baru ke dalam tambak sampai pada volume yang dikehendaki. Sirkulasi air dengan cara ini biasa digunakan pada kasus : (i) Air laut mengalami surut terendah sehingga menunjang kelancaran proses pembuangan air tambak dan tidak memungkinkan untuk mengisi air baru dari laut; (ii) Menjaga/mempertahankan kualitas air tambak yang sudah terbentuk dengan volume pembuangan air tidak terlalu besar dan tidak menimbulkan guncangan, sedangkan pengisian air bertujuan untuk regenerasi plankton;(iii) Penumbuhan dan pembentukan plankton yang baru, yaitu pembuangan volume air tambak yang relatif besar sehingga ketinggian air tambak relatif rendah, kemudian dilakukan pengisian air baru secara bertahap yang diimbangi dengan pemupukan; (iv) Pembuangan kotoran/lumpur dasar tambak secara rutin.

  2. Sirkulasi air dengan pola isi buang, yaitu pergantian air tambak dengan cara melakukan pengisian air ke dalam tambak terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan pembuangan air tambak sampai pada volume yang dikehendaki. Sirkulasi air dengan cara ini biasa digunakan pada kasus : (i) Sirkulasi air pada awal tebar benur. Ketinggian air tambak pada saat tebar relatif rendah, sehingga sirkulasi air yang dilakukan hanya dengan menambahkan air baru ke dalam tambak secara bertahap sampai pada ketinggian yang dikehendaki, kemudian baru dilakukan pembuangan air tambak. Metode ini bertujuan antara lain : (a) mengurangi keluarnya udang yang masih berukuran sangat kecil melalui saluran pembuangan; (b) menumbuhkan pakan alami di dalam tambak yang diperlukan oleh benur; (c) mengontrol kecerahan air tambak dan kelimpahan plankton yang sesuai dengan kebutuhan benur/udang muda. (ii) Pembentukan plankton ke arah yang stabil dengan volume air yang dimasukkan ke dalam tambak lebih besar dibandingkan dengan air tambak yang dibuang; (iii) • Membantu mengatasi saluran pembuangan yang kurang lancar/mampet. Air tambak yang yang relatif tinggi mempunyai daya dorong yang kuat pada saluran pembuangan sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut..

  3. Sirkulasi air dengan pola oplos (istilah di beberapa daerah Pantura Jawa) yaitu melakukan pengisian air ke dalam tambak secara bersamaan dengan pembuangan air tambak sampai batas waktu yang dikehendaki. Pada sirkulasi ini ketinggian dan volume air tambak relatif tetap karena perbandingan air masuk dan air keluar tambak relatif sama. Sirkulasi air dengan cara ini biasa digunakan pada kasus : (i) Perbaikan kualitas air tambak yang collaps dengan tidak mengguncang volume air di dalam tambak; (ii) Penanganan air tambak yang berpartikel. Pada kondisi seperti ini sirkulasi dilakukan secara kontinyu untuk memgeluarkan partikel tersebut keluar tambak, kemudian dilakukan pemberian saponin yang bertujuan mengikat partikel yang tersisa di dalam tambak; (iii) Populasi udang di dalam tambak relatif padat dengan tingkat kebutuhan pakan tinggi. Pada kondisi seperti ini sirkulasi yang dilakukan bertujuan antara lain : (a) Mempertahankan tingkat kesegaran air yang diperlukan udang dengan meminimalkan kesenjangan waktu antara pembuangan air dan pemasukan air tambak; (b) Meminimalkan waktu terjadinya akumulasi sisa pakan dan metabolisme udang di dasar tambak; (c) Menekan terjadinya guncangan kualitas perairan yang dapat membahayakan bagi udang di dalam tambak dengan populasi relatif padat.

  4. Sirkulasi air tambak dengan pola penggantian air tambak secara total, yaitu dengan melakukan pembuangan air sampai ke dasar tambak kemudian baru dilakukan pengisian air secara bertahap. Sirkulasi air dengan cara ini biasa digunakan pada kasus : (i) Tingkat kualitas perairan tambak relatif jelek dan membahayakan kehidupan udang, sehinggga diperlukan perairan yang benar-benar baru dan diharapkan dapat menciptakan suasana nyaman bagi udang; (ii) Udang terkena masalah yang disebabkan karena kondisi perairan yang jelek sehingga dengan mengurangi volume air tambak dalam skala besar diharapkan dapat merangsang udang untuk melakukan moulting massal; (iii) Sebagai upaya melihat/memantau populasi udang di dalam tambak secara langsung untuk memberi kepastian sebagai dasar pengambilan keputusan secara teknis budidaya
Pola sirkulasi air tambak sebagai salah satu metode pengelolaan kualitas perairan dalam penerapannya sangat tergantung dari pengamatan dan kondisi yang sedang terjadi di lapangan. Proses pengambilan keputusan tentang sirkulasi air tambak harus tetap mengacu pada keterkaitan teknis budidaya lainnya serta mempertimbangkan faktor sebab akibat yang akan ditimbulkan berdasarkan argumen dan alasan yang dapat diterima secara ilmiah.

Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader

Artikel Terkait :

  1. Sirkulasi Air Tambak – 02 – Sumber dan Faktor yang Mempengaruhi
  2. Sirkulasi Air Tambak - 01 - Dasar Pemikiran
  3. Pemupukan Air Tambak – 02 – Jenis dan Metode
  4. Pemupukan Air Tambak - 01 - Latar Belakang
  5. Inokulasi Air Tambak - 2 - Metode
  6. Inokulasi Air Tambak -1 - Latar Belakang
  7. Waspada Terhadap Musim Hujan
  8. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 05 - Penggunaan Bahan Kimia dan "Obat-Obatan"
  9. Identifikasi Permasalahan Kualitas Air Tambak
  10. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 03 - Pemupukan Air Tambak
  11. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 01 - Latar Belakang
  12. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 05 - Kondisi Dasar Tambak
  13. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Kondisi Fisik Air Tambak
  14. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 03 - Warna Air Tambak
  15. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 02 - Kecerahan Perairan Tambak
  16. Pengelolaan Kualitas Air Tambak - 01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar