Pada pembahasan-pembahasan terdahulu telah dijelaskan mengenai FCR (Food Convertion Ratio) yaitu perbandingan (rasio) antara berat pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya dengan berat total (biomass) udang yang dihasilkan pada saat itu. Sebagai contoh : pada suatu periode budidaya telah berhasil dipanen udang dengan biomass 2 ton sedangkan berat pakan total yang telah digunakan seberat 3 ton, maka besaran FCR pada saat itu adalah sebesar 3 ton / 2 ton = 1.5.
Pada suatu usaha budidaya udang pada umumnya nilai FCR dijadikan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan baik secara teknis budidaya maupun secara finansial. Ditinjau dari segi teknis budidaya, nilai FCR terkait dengan parameter keberhasilan pengelolaan program pakan udang yang secara tidak langsung juga terkait dengan pengelolaan kualitas air dan kondisi/kualitas udang. Sedangkan secara finansial nilai FCR akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh pada satu periode budidaya karena pakan udang merupakan penyumbang biaya terbesar pada suatu usaha budidaya udang. Nilai FCR yang paling ideal biasanya berada pada kisaran 1.5 – 2.5 (tergantung dari media/kondisi lahan tambak yang digunakan).
Mengacu pada penjelasan tersebut di atas, maka kondisi yang sering terjadi adalah pada saat memulai kegiatan budidaya udang biasanya telah ditetapkan target nilai FCR yang harus dicapai. Hal seperti ini pada akhirnya dapat membuat kondisi dimana pengelolaan program pakan udang lebih mengacu pada target FCR daripada tingkat kebutuhan udang terhadap pakan pada saat itu. Secara psikologis, target FCR dapat mengakibatkan rasa khawatir jika nilai FCR akan membengkak atau dengan kata lain telah terjadi pemborosan pakan udang (tentu saja biaya produksi juga membengkak). Faktor psikologis seperti ini biasanya juga berpengaruh pada penyusunan program pemberian pakan udang yang kurang optimal karena lebih cenderung pada prinsip pengiritan pakan.
Program pemberian pakan yang mengacu pada target FCR tanpa memperhatikan tingkat kebutuhan udang pada umumnya dapat mengakibatkan kondisi sebagai berikut:
Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader
Artikel Terkait :
Mengacu pada penjelasan tersebut di atas, maka kondisi yang sering terjadi adalah pada saat memulai kegiatan budidaya udang biasanya telah ditetapkan target nilai FCR yang harus dicapai. Hal seperti ini pada akhirnya dapat membuat kondisi dimana pengelolaan program pakan udang lebih mengacu pada target FCR daripada tingkat kebutuhan udang terhadap pakan pada saat itu. Secara psikologis, target FCR dapat mengakibatkan rasa khawatir jika nilai FCR akan membengkak atau dengan kata lain telah terjadi pemborosan pakan udang (tentu saja biaya produksi juga membengkak). Faktor psikologis seperti ini biasanya juga berpengaruh pada penyusunan program pemberian pakan udang yang kurang optimal karena lebih cenderung pada prinsip pengiritan pakan.
Program pemberian pakan yang mengacu pada target FCR tanpa memperhatikan tingkat kebutuhan udang pada umumnya dapat mengakibatkan kondisi sebagai berikut:
- Terlambat dalam pemberian pakan (terutama pakan buatan) pada phase bulan pertama, meskipun telah terindikasi ketersediaan pakan alami pada saat itu mulai berkurang/habis. Kondisi ini dapat mempengaruhi terhadap kondisi, populasi dan tingkat keseragaman udang yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada program pemberian pakan berikutnya.
- Berat pakan per hari (pakan harian) yang diberikan ditentukan oleh estimasi populasi dan biomass udang yang mengacu pada target FCR yang telah ditentukan. Perubahan berat pakan per hari lebih cenderung mengarah pada perubahan konstan dan tidak berfluktuatif sesuai dengan tingkat kebutuhan udang pada saat-saat tertentu.
- Adanya persepsi yang kurang benar terhadap frekuensi pemberian pakan, yaitu semakin banyak frekuensi pemberian pakan maka akan mengakibatkan FCR membengkak.
Pada kondisi tersebut di atas frekuensi pemberian pakan harian lebih mengarah pada kuantitas total pakan harian yang terdistribusi pada tiap-tiap frekuensi pakan dan tidak mengacu kemampuan udang dalam mengkonsumsi pakan serta seberapa lama/sering udang akan membutuhkan pakan lagi.
Sebagai contoh: Populasi udang dalam suatu petakan tambak membutuhkan total pakan per hari adalah 20 kg. Pada saat itu misalnya kemampuan populasi udang tersebut rata-rata hanya 4 kg, maka secara ideal frekuensi pakan harian sebaiknya sudah 5 kali sehari. Jika frekuensi pakan harian hanya dilakukan 4 kali, meskipun berat total pakan per hari adalah sama yaitu 20 kg, maka setiap kali pemberian pakan rata-rata adalah 5 kg dan ini berarti ada 1 kg pakan yang tidak terkonsumsi setiap kalinya atau 4 kg per hari.
- Terkait dengan penjelasan no 1, 2 dan 3 tersebut di atas maka hasil panen udang pada akhirnya juga tidak dapat optimal baik dari segi kualitas, kuantitas (biomass) sekaligus tingkat keuntugan yang diperoleh, meskipun secara target FCR dapat terpenuhi.
Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader
Artikel Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar