Mesin Pencari

Minggu, 30 Mei 2010

Mengenal Perairan Tambak Udang Melalui Pendekatan Ekosistem 01 – Pemahaman

Seperti telah dijelaskan pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kegiatan budidaya udang di tambak merupakan suatu kegiatan yang meliputi pembesaran sekaligus pemeliharaan udang dalam suatu wadah yang berupa petak-petak tambak, dengan cara menyediakan suatu kondisi lingkungan tertentu yang sesuai bagi udang yang dipelihara dalam jangka waktu tertentu hingga kondisi udang dianggap layak secara finansial untuk dimanfaatkan.

Mengacu pada pengertian tersebut di atas, maka salah satu teknologi budidaya udang yang digunakan adalah melalui pendekatan keseimbangan ekosistem perairan di dalam petakan tambak yang sesuai dengan lingkungan alami udang itu sendiri. Prinsip dasar dari pendekatan ini adalah jika salah satu unsur penyusun ekosistem perairan tambak ada yang terganggu maka akan terjadi ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah bagi udang.

Pendekatan terkait perairan tambak udang sebagai suatu ekosistem merupakan suatu aspek yang perlu dipahami oleh para pelaku usaha tambak udang agar sistem pengelolaan yang dilakukannya lebih mengarah pada bagaimana menjaga keseimbangan ekosistem tersebut yang pada akhirnya akan bermuara pada prinsip sustainability (kelestarian).

Pada pembahasan ini akan lebih menekankan pada pemahaman tentang ekosistem secara umum dan ekosistem perairan tambak udang serta keterkaitan antara komponen-komponen penyusun yang ada di dalamnya.

A. Pengertian Ekosistem

Secara definisi ekosistem dapat diartikan sebagai keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme hidup dan komponen organisme tidak hidup di suatu lingkungan yang saling berinteraksi. Ekosistem merupakan salah satu bagian ékologi, pengertian ekologi itu sendiri adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya).

Sedangkan secara lebih mendalam ekosistem dapat diartikan sebagai suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa di,katakan juga sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.

Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.

Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut.

B. Komponen Pembentuk Ekosistem

Mengacu pada pengertian seperti tersebut di atas, maka suatu ekosistem tersusun atas komponen-komponen penyusun yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Semua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur Komponen-komponen penyusun yang terdapat dalam suatu ekosistem secara umum adalah sebagai berikut:
  1. Komponen Abiotik, yaitu komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya.

  2. Komponen autotrof terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia (kemoautotrof). Komponen autotrof berperan sebagai produsen, komponen yang tergolong autotrof adalah tumbuhan klorofil.

  3. Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil.

  4. Pengurai adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Organism yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula detritivor yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik.

    Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu: (i) secara aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan, (ii) secara anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan, dan (iii) Fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron.
C. Saling Ketergantungan Antar Komponen

Kebergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui:
  1. Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau atau produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya akan menyebabkan sebagian energi akan hilang.

  2. Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Pemahaman dasar terkait dengan ekosistem seperti penjelasan tersebut di atas merupakan pengetahuan yang dapat digunakan sebagai dasar pemikiran dalam pengelolaan usaha budidaya udang secara teknis.

Catatan: sebagai upaya lebih memahami tentang ekosistem secara mendalam disarankan untuk mencari sumber referensi lain sehingga pemahaman yang didapat akan lebih lengkap. Pada tulisan ini sumber referensi yang digunakan adalah Wikipedia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai salah satu referensi yang resmi).

Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader

Artikel Terkait :

  1. Konsep Pengelolaan Kualitas Air Tambak - 01
  2. Waspada Terhadap Musim Hujan
  3. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 05 - Penggunaan Bahan Kimia dan "Obat-Obatan"
  4. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Inokulasi Air
  5. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 03 - Pemupukan Air Tambak
  6. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 02 - Sirkulasi Air
  7. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 01 - Latar Belakang
  8. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 05 - Kondisi Dasar Tambak
  9. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Kondisi Fisik Air Tambak
  10. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 03 - Warna Air Tambak
  11. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 02 - Kecerahan Perairan Tambak
  12. Identifikasi Permasalahan Kualitas Air Tambak

1 komentar:

  1. Artikelnya bagus, bermanfaat,
    Jika Anda membutuhkan produk Kapur :
    - Kapur pertanian /Kaptan / Dolomite
    - Kapur Tohor /Cao / Kalsium Oksida.
    - Kapur Siram/ CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
    - Kapur mill/ CaCo3 /Kalsium Karbonat dll.
    -Zeolite
    -Bentonite

    Untuk informasi pemesanan Silahkan hubungi penjual :
    081281774186
    085793333234
    Lokasi Pabrik Di Padalarang Bandung Barat

    BalasHapus