Mesin Pencari

Senin, 01 Desember 2008

Proses Tebar Benur 01 – Latar Belakang

Kegiatan budidaya udang merupakan suatu proses pembesaran udang dalam suatu petakan tambak dari usia benur hingga mencapai ukuran (size) tertentu yang dianggap telah layak secara finansial maupun teknis untuk dilakukan pemanenan. Tebar benur sebagai suatu proses awal tentu saja juga memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya udang.

Kegiatan tebar benur secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pemindahan benur dari dua lingkungan yang berbeda (dari hatchery/alami ke dalam petakan tambak) dengan karekteristik lingkungan yang berbeda pula. Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran dalam melakukan kegiatan tebar benur antara lain meliputi:
  1. Benur memiliki karakteristik sangat peka terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya, sehingga dalam melakukan proses tebar benur sedapat mungkin perbedaan antara dua lingkungan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin.

  2. Benur memiliki frekuensi moulting (pergantian kulit) yang lebih sering dibandingkan dengan udang yang lebih dewasa. Kondisi moulting merupakan suatu fase yang kritis bagi udang, karena dalam kondisi moulting udang sangat rapuh dan rentan terhadap perubahan lingkungan maupun serangan penyakit. Perbedaan dua lingkungan yang berbeda tersebut jika tidak dapat ditekan seminimal mungkin akan mengakibatkan benur akan lebih sering moulting karena faktor stress sehingga peluang terjadinya permasalahan akan lebih sering juga.

  3. Proses tebar benur akan sangat menentukan faktor-faktor keberhasilan proses satu siklus budidaya dalam hal tingkat keseragaman udang, survival rate (SR), food convertion ratio (FCR), biomassa dan secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap keberhasilan secara finansial.
Mengacu pada dasar pemikiran tersebut di atas maka suatu proses tebar benur harus dilakukan sebaik mungkin dari mulai proses persiapan (telah dibahas dalam uraian sebelumnya) maupun pada saat pelaksanaannya serta pasca tebar benur. Secara garis besar tujuan utama dari kegiatan tebar benur adalah menyediakan tempat/media baru yang nyaman dan aman bagi benur untuk melangsungkan aktifitas kehidupan selanjutnya dalam suatu petakan tambak.

Berdasarkan pengertian, dasar pemikiran dan tujuan dari kegiatan tebar benur maka terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan tebar benur. Faktor-faktor tersebut adalah antara lain :
  1. Kualitas benur. Benur yang akan ditebar harus memiliki kualitas yang bagus melalui proses penyeleksian yang mencakup bawaan penyakit, tingkat keseragaman, kelengkapan bagian tubuh, kepekaan terhadap rangsangan, dsb. Proses penyeleksian terhadap kualitas benur sebaiknya dilakukan di hatchery/tempat benur tersebut berasal.

  2. Lokasi asal benur. Benur sebaiknya berasal dari lokasi yang tidak terlalu jauh dengan lokasi tambak agar relatif terjaga kualitasnya. Jika lokasi asal benur terlalu jauh dari lokasi tambak maka dikhawatirkan akan terjadi penurunan kualitas benur secara nyata selama proses pengangkutan (transportasi) menuju lokasi tambak.

  3. Waktu penebaran benur sebaiknya tidak dilakukan pada saat sinar matahari dalam kondisi panas terik karena akan sangat berpengaruh terhadap tingkat mortalitas benur yang diakibatkan oleh panas matahari. Tebar benur sebaiknya dilakukan pada saat sinar matahari redup (malam, pagi, sore) dan cuaca relatif bagus agar benur dapat mentoleransi panas matahari dan perubahan lingkungan yang dialaminya.

  4. Perairan tambak pada saat tebar benur sebaiknya memiliki ketersediaan pakan alami yang memadai sebagai upaya menjaga tingkat kehidupan dan tingkat keseragaman benur di awal-awal periode budidaya sebelum dilakukan pemberian pakan buatan. Penjelasan tentang ini telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya.

  5. Kualitas perairan tambak pada saat tebar benur sebaiknya sesuai dengan tingkat kebutuhan benur agar tidak menimbulkan stress bagi benur. Pembahasan terkait dengan kualitas air telah dijelaskan dalam uraian-uraian sebelumnya.

  6. Petakan tambak dan sarana pendukung budidaya pada saat tebar benur dalam kondisi relatif bagus dan siap untuk digunakan agar tidak menimbulkan kendala dalam proses penebaran benur.
Faktor-faktor tersebut di atas merupakan acuan dasar yang dapat digunakan agar proses kegiatan tebar benur tidak dilakukan secara asal-asalan karena bagaimanapun juga proses ini merupakan langkah awal bagi keberhasilan suatu siklus budidaya udang.

Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader

Artikel Terkait :

  1. Kecerahan Perairan Tambak – 03 – Indikator Pada Udang
  2. Kecerahan Perairan Tambak – 02 –Tingkat Kecerahan
  3. Kecerahan Perairan Tambak - 01- Latar Belakang
  4. Warna Air Tambak – 03 – Kriteria Warna Air
  5. Warna Air Tambak – 02 – Aspek Analisis
  6. Warna Air Tambak - 01 - Dasar Pemikiran
  7. Kondisi Dasar Tambak – 03 - Dasar Pertimbangan
  8. Kondisi Dasar Tambak – 02 - Metode Pengamatan
  9. Kondisi Dasar Tambak - 01 - Latar Belakang
  10. Penggunaan Bahan Kimia – 02 - Tahapan Implementasi
  11. Penggunaan Bahan Kimia – 01 - Dasar Pemikiran
  12. Waspada Terhadap Musim Hujan
  13. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Inokulasi Air
  14. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 03 - Pemupukan Air Tambak
  15. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 02 - Sirkulasi Air
  16. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 01 - Latar Belakang
  17. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Kondisi Fisik Air Tambak
  18. Identifikasi Permasalahan Kualitas Air Tambak

1 komentar:

  1. thanks for your write.smg Allah Azza Wa Jalla senantiasa menambahkan ilmu yang bermanfaat kpd antum.

    BalasHapus