Mesin Pencari

Selasa, 27 April 2010

Gunakan Prinsip “Aklimatisasi” di Setiap Perlakuan Teknis Budidaya

Konsep aklimatisasi dalam usaha budidaya udang biasanya dikenal pada saat proses tebar benur (penjelasan terkait dapat dilihat di sini. Pada pembahasan ini akan diuraikan bagaimana prinsip aklimatisasi tersebut digunakan untuk setiap perlakuan teknis budidaya udang tidak hanya pada tebar benur tapi juga mencakup seluruh proses budidaya dalam satu periode.

Prinsip “aklimatisasi” yang digunakan pada pembahasan ini adalah proses penyesuaian dua kondisi (lingkungan, pakan dan kondisi lainnya) yang berbeda (dari suatu kondisi ke kondisi baru) sehingga perubahan kondisi tersebut tidak menimbulkan stress bagi udang. Kegiatan ini perlu dilakukan secara cermat dan penuh kesabaran agar tingkat stress udang terhadap perubahan kondisi tersebut dapat ditekan seminimal mungkin sehingga secara kualitas dan kondisi udang dapat dipertahankan secara optimal.

Dasar pemikiran yang melandasi perlunya prinsip “aklimatisasi” di setiap perlakuan teknis budidaya adalah sifat sensitifitas udang. Bila dibandingkan dengan lingkungan alaminya maka di dalam petakan tambak yang merupakan habitat buatan, udang sangat peka terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya baik itu karena faktor alami (perubahan musim, cuaca, perairan), maupun karena faktor perlakuan teknis budidaya pada petakan tambak.

Dalam satu periode budidaya, udang mengalami pertumbuhan sehingga perlakuan teknis yang diberikan juga harus menyesuaikan tingkat kebutuhan udang berdasarkan umur dan ukuran udang pada saat itu. Perubahan yang terjadi sesuai dengan perjalanan waktu tersebut, menyebabkan ada titik kritis dimana udang “berpindah” dari suatu kondisi yang satu ke kondisi lainnya yang lebih sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

Proses perpindahan udang dari suatu kondisi yang satu ke kondisi lainnya tersebut secara tidak langsung menuntut penyesuaian perlakuan teknis yang dapat menjamin udang tidak mengalami stress pada saat tersebut. Secara garis besar perlakuan teknis budidaya yang terkait dengan prinsip “aklimatisasi” tersebut adalah:
  1. Pengelolaan kualitas air tambak (uraian terkait dengan pengelolaan kualitas air tambak telah dibahas sebelumnya), yang meliputi: (i) kecerahan air, (ii) warna air tambak, (iii) kondisi fisik air tambak, dan (iv) kondisi dasar tambak. Beberapa metode yang biasa digunakan dalam pengelolaan kualitas air tambak antara lain : Sirkulasi air; Pemupukan air; Inokulasi air. Dalam prinsip “aklimatisasi” metode yang digunakan dalam pengelolaan kualitas air tambak jangan mengakibatkan keseimbangan ekosistem perairan tersebut terganggu sehingga dapat menyebabkan suatu permasalahan yang baru yang lebih kompleks.

    Bagaimanapun juga, Kegiatan pengelolaan kualitas air tambak pada dasarnya berupa program kegiatan yang mengarahkan perairan tambak pada keseimbangan ekosistem perairan dalam suatu petakan terbatas agar tercipta suatu kondisi perairan yang menyerupai habitat alami udang baik dari segi sifat, behavior maupun secara ekologinya.

    Contoh: Pada saat fase bulan pertama, pergantian air cenderung mengarah pada pengisian air ke dalam tambak dengan sedikit membuang air tambak (hal ini untuk membentuk kestabilan air tambak dengan kecerahan perairan yang relatif tinggi dan mempersiapkan agar pada fase bulan berikutnya kecerahan perairan sudah terbentuk). Pada saat udang sudah memasuki fase bulan kedua (atau sesuaikan dengan tingkat kebutuhannya) ada saat dimana terjadi transisi perubahan pola pergantian air dari fase sebelumnya ke fase berikutnya. Pada saat transisi inilah tidak direkomendasi menerapkan perubahan pola pergantian air secara drastis, karena akan “mengguncang” tingkat kestabilan air tambak yang dapat memicu terjadinya stress pada udang. Lakukan dua pola pergantian air air tersebut setahap demi setahap sampai mengarah pada satu saat dimana pola pergantian air yang baru dapat diimplementasikan sepenuhnya.

  2. Program pemberian pakan. Selama mengalami proses pertumbuhan, kebutuhan udang akan pakan juga mengalami perubahan baik itu dalam jumlah maupun ukuran pakan yang akan dikonsumsinya. Pembahasan ini akan lebih difokuskan pada proses penyesuaian ukuran pakan terhadap tingkat kebutuhan udang (pembahasan terkait dengan program pakan telah diuraikan sebelumnya). Secara normal, ukuran pakan yang dikonsumsi udang akan bertambah besar selama proses pertumbuhan, atau dengan kata lain semakin besar udang maka ukuran pakan yang dikonsumsinya akan semakin besar pula (catatan: kondisi ini tidak berlaku pada udang yang pertumbuhannya tidak normal / udang kuntet).

    Feed Management In Intensive Aquaculture Handbook on Ingredients for Aquaculture Feeds Aquaculture Feed and Fertilizer Resource Atlas of the Philippines (Fao Fisheries Technical Paper 366)

    Saat terjadi perubahan ukuran pakan yang dikonsumsi oleh udang merupakan saat kritis dalam program pemberian pakan. Pada saat masa transisi ini sebaiknya dihindari pemberian pakan dengan ukuran pakan yang lebih besar secara langsung, karena dapat membuat udang akan “kaget” terhadap perubahan pakan yang diberikan tersebut. Kondisi ini dapat menyebabkan udang sedikit mengkonsumsi pakan yang telah diberikan dan pada kondisi ekstrim udang tidak mengkonsumsi pakan tersebut untuk beberapa hari.

    Pada kondisi tersebut di atas, pakan dari dua ukuran yang berbeda tersebut sebaiknya dicampur terlebih dahulu dengan komposisi awal pakan dengan ukuran lebih kecil jumlahnya lebih banyak dari pakan yang yang berukuran lebih besar. Lakukan pencampuran ini untuk beberapa hari dengan komposisi mengarah pada pakan dengan ukuran lebih besar lebih banyak dibandingkan pakan dengan ukuran lebih kecil dan pada akhirnya terjadi perpindahan ukuran pakan pakan yang lebih besar sepenuhnya.
Kedua perlakuan teknis tersebut di atas (pengelolaan kualitas air dan program pemberian pakan) merupakan illustrasi pentingnya penerapan prinsip “aklimatisasi” dalam setiap perlakuan teknis budidaya. Prinsip aklimatisasi yang sebenarnya merupakan prinsip yang digunakan dalam proses tebar benur, melalui pendekatan logis ternyata dapat digunakan pula pada perlakuan teknis budidaya selama satu periode budidaya.

Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader

Artikel Terkait :

  1. Proses Tebar Benur 03 - Aklimatisasi
  2. Proses Tebar Benur 02 - Tahapan Kegiatan
  3. Proses Tebar Benur 01 - Latar Belakang
  4. Kecerahan Perairan Tambak – 03 – Indikator Pada Udang
  5. Kecerahan Perairan Tambak – 02 –Tingkat Kecerahan
  6. Kecerahan Perairan Tambak - 01- Latar Belakang
  7. Warna Air Tambak – 03 – Kriteria Warna Air
  8. Warna Air Tambak – 02 – Aspek Analisis
  9. Warna Air Tambak - 01 - Dasar Pemikiran
  10. Kondisi Dasar Tambak – 03 - Dasar Pertimbangan
  11. Kondisi Dasar Tambak – 02 - Metode Pengamatan
  12. Kondisi Dasar Tambak - 01 - Latar Belakang
  13. Penggunaan Bahan Kimia – 02 - Tahapan Implementasi
  14. Penggunaan Bahan Kimia – 01 - Dasar Pemikiran
  15. Waspada Terhadap Musim Hujan
  16. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Inokulasi Air
  17. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 03 - Pemupukan Air Tambak
  18. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 02 - Sirkulasi Air
  19. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 01 - Latar Belakang
  20. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Kondisi Fisik Air Tambak
  21. Identifikasi Permasalahan Kualitas Air Tambak

1 komentar:

  1. Artikelnya bagus, bermanfaat,
    Kami menawarkan produk :
    - Kapur pertanian /Kaptan / Dolomite
    - Kapur Tohor /Cao / Kalsium Oksida.
    - Kapur Siram/ CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
    - Kapur mill/ CaCo3 /Kalsium Karbonat dll.
    -Zeolite
    -Bentonite

    Untuk informasi pemesanan Silahkan hubungi penjual :
    081281774186
    085793333234
    Lokasi Pabrik Di Padalarang Bandung Barat

    BalasHapus