Seperti telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa tujuan pengelolaan budidaya udang pada fase bulan pertama pada dasarnya adalah: menyediakan lingkungan perairan tambak yang sesuai dengan tingkat kebutuhan benur/udang kecil.
Mengacu pada tujuan tersebut maka pengelolaan kualitas air tambak pada fase ini juga sangat berperan pada perkembangan dan pertumbuhan benur/udang kecil agar dapat menjaga kualitas dan kuantitasnya yang mencakup kondisi udang, tingkat keseragaman udang, kepadatan/populasi udang, berat rata-rata udang, dll.
Pada pembahasan terkait dengan kualitas air yang sudah dijelaskan pada uraian terdahulu, ada beberapa parameter kualitas air yang dapat digunakan dalam menilai kualitas air tambak. Parameter-parameter tersebut adalah:
Berdasarkan uraian tentang pengelolaan kualitas air tambak pada fase bulan pertama seperti penjelasan ada sebuah catatan yang perlu digarisbawahi, yaitu: ”pengelolaan kualitas air tambak jangan membuat kita terperangkap pada kondisi membudidayakan air tanpa memperhatikan kondisi, kualitas serta tingkat tingkat kebutuhan udang pada saat itu, atau dengan kata lain, kita berbudidaya udang bukan budidaya air tambak.”.
Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader
Artikel Terkait :
Pada pembahasan terkait dengan kualitas air yang sudah dijelaskan pada uraian terdahulu, ada beberapa parameter kualitas air yang dapat digunakan dalam menilai kualitas air tambak. Parameter-parameter tersebut adalah:
- Kecerahan air tambak.
- Warna air tambak.
- Kondisi fisik air tambak, dan
- Kondisi dasar tambak.
- Sub fase minggu ke-1 hingga minggu ke-2, tingkat kecerahan air yang dibutuhkan benur/udang relatif tinggi yaitu dari mulai tembus dasar hingga kecerahan berkisar 60 cm – 80 cm (atau tergantung tingkat kepadatan /populasi udang di dalam tambak serta ketinggian dinding tambak). Pada sub-fase ini pergantian air tambak lebih mengarah pada pola mengisi air ke dalam tambak sampai pada ketinggian tertentu. Metode pergantian air dengan pola ini bertujuan untuk mempersiapkan air tambak agar lebih mudah untuk dibentuk pada saat dibutuhkan. Selain itu juga untuk menghindari terbawanya udang yang masih berukuran kecil jika dilakukan pembuangan air tambak.
Meskipun pada sub-fase ini tingkat kecerahan air relative tinggi, sebaiknya perairan tambak sudah mempunyai warna (hijau atau kecoklatan) sebagai indikator bahwa perairan tersebut sudah memiliki bibit plankton yang siap untuk dikembangkan sesuai dengan tingkat kecerahan air tambak pada saat tertentu. Sebagai upaya pembentukan kecerahan dan warna air tambak maka perlakuan teknis yang dapat diterapkan adalah dengan pemberian pupuk dengan dosis yang tidak terlalu banyak. Pada sub-fase ini kincir air belum dioperasikan secara maksimal (hanya untuk membantu proses pembentukan air).
Pada sub-fase ini parameter kondisi fisik air tambak dan kondisi dasar tambak relatif belum memerlukan pengamatan yang intensif, karena belum ada/sedikit masukan pakan buatan sebagai penyumbang terbesar pengaruhnya terhadap kondisi fisik air tambak dan kondisi dasar tambak. Pengamatan terhadap kedua parameter ini dapat dilakukan secara sepintas kecuali jika ada kasus-kasus tertentu di dalam perairan tambak tersebut.
Kondisi perairan yang perlu diwaspadai pada sub-fase ini adalah tumbuhnya lumut di dasar tambak yang diakibatkan karena tingginya tingkat kecerahan air pada sub-fase ini. Lumut dapat tumbuh karena kecerahan perairan dalam kondisi tembus dasar dalam waktu yang relative lama dan tidak segera dibentuk, sehingga penetrasi sinar matahari ke dasar tambak akan menjadi stimulator bagi tumbuhnya lumut tersebut. Jika tidak dapat mengantisipasi tumbuhnya lumut tersebut, maka kondisi ini dapat menjadi kendala bagi pengelolaan kualitas air tambak pada sub-fase berikutnya.
- Sub fase minggu ke-3 hingga minggu ke-4, tingkat kecerahan air yang dibutuhkan benur/udang adalah berkisar 60 cm – 45 cm dengan warna perairan hijau atau kecoklatan. Parameter kecerahan dan warna air tambak pada sub-fase ini sebaiknya sudah mengarah pada kondisi kestabilan kualitas air, karena jika kondisi ini belum tercapai maka akan berpengaruh pada kondisi dan kualitas udang sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap program pengelolaan budidaya udang untk fase berikutnya.
Pergantian air tambak pada sub-fase ini sudah dapat diterapkan pola buang-isi. Pembuangan air tambak dapat digunakan untuk mengetahui kondisi dasar tambak, yaitu dengan mengamati saluran pembuangan air pada saat dibuka untuk membuang air tambak tersebut. Pergantian air dengan pola “oplos” (pembuangan dan pemasukan air tambak dilakukan secara bersamaan) dapat dilakukan jika perairan tambak sudah dianggap cukup stabil.
Sebagai upaya mempertahankan kestabilan air tambak maka pemberian pupuk dapat ditingkatkan dosisnya (tergantung kondisi perairan dan musim pada saat itu) dan pengoperasian kincir air dapat lebih diintensifkan serta jika diperlukan jumlah kincir air tersebut dapat ditambah. Pada sub-fase ini, pengamatan terhadap kondisi fisik air tambak perlu lebih bersifat intensif terutama jika udang diprediksi padat populasinya.
Berdasarkan uraian tentang pengelolaan kualitas air tambak pada fase bulan pertama seperti penjelasan ada sebuah catatan yang perlu digarisbawahi, yaitu: ”pengelolaan kualitas air tambak jangan membuat kita terperangkap pada kondisi membudidayakan air tanpa memperhatikan kondisi, kualitas serta tingkat tingkat kebutuhan udang pada saat itu, atau dengan kata lain, kita berbudidaya udang bukan budidaya air tambak.”.
Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader
Artikel Terkait :
- Pengelolaan Budidaya Udang Pada Fase Bulan Pertama 01 – Latar Belakang
- Proses Tebar Benur 03 - Proses Aklimatisasi
- Proses Tebar Benur 02 - Tahapan Kegiatan
- Proses Tebar Benur 01 - Latar Belakang
- Kecerahan Perairan Tambak – 03 – Indikator Pada Udang
- Kecerahan Perairan Tambak – 02 –Tingkat Kecerahan
- Kecerahan Perairan Tambak - 01- Latar Belakang
- Warna Air Tambak – 03 – Kriteria Warna Air
- Warna Air Tambak – 02 – Aspek Analisis
- Warna Air Tambak - 01 - Dasar Pemikiran
- Kondisi Dasar Tambak – 03 - Dasar Pertimbangan
- Kondisi Dasar Tambak – 02 - Metode Pengamatan
- Kondisi Dasar Tambak - 01 - Latar Belakang
- Penggunaan Bahan Kimia – 02 - Tahapan Implementasi
- Penggunaan Bahan Kimia – 01 - Dasar Pemikiran
- Waspada Terhadap Musim Hujan
- Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Inokulasi Air
- Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 03 - Pemupukan Air Tambak
- Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 02 - Sirkulasi Air
- Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 01 - Latar Belakang
- Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Kondisi Fisik Air Tambak
- Identifikasi Permasalahan Kualitas Air Tambak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar