Mesin Pencari

Sabtu, 28 Agustus 2010

Jangan Membuat Tambak Udang Anda Seperti Akuarium

Seperti telah diuraikan dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya, bahwa usaha budidaya udang secara teknis erat kaitannya dengan pengelolaan kualitas air tambak. Pada pembahasan ini factor kualitas perairan yang dominan adalah kecerahan perairan tambak.

Secara ideal kecerahan perairan tambak dalam satu periode adalah tembus dasar /kecerahan perairan tinggi (pada awal-awal fase bulan pertama) hingga kecerahan 30 cm – 45 cm pada saat memasuki fase bulan kedua hingga udang dianggap layak untuk dipanen (pada penerapannya tingkat kecerahan air tambak harus tetap memperhatikan tingkat kebutuhan udang).

Konsep tersebut di atas pada penerapannya sering tidak sesuai dengan idealisme yang diharapkan yang disebabkan oleh factor-faktor eksternal maupun factor-faktor internal. Salah satu fenomena yang sering dijumpai terkait kondisi tersebut adalah kecerahan perairan tambak yang susah untuk dibentuk terutama pada fase bulan pertama sehingga perairan tambak kelihatan bening seperti akuarium. Pada kondisi seperti ini kehidupan dan aktifitas udang (termasuk biota perairan lainnya) akan sangat jelas untuk dilihat.

Fenomena tambak udang seperti akuarium (pada fase bulan pertama) dapat terjadi karena berbagai factor penyebab, yaitu antara lain:
  1. Persiapan lahan tebar benur dilakukan secara tidak memadai, sehingga perairan tambak yang disiapkan tersebut kurang/tidak mengandung bibit plankton sebagai factor penentu kecerahan perairan tambak.

  2. Tumbuhnya lumut pada saat kondisi perairan tambak masih susah dibentuk tingkat kecerahan airnya. Lumut akan tumbuh subur karena dibantu oleh penetrasi sinar matahari sampai ke dasar tambak.

  3. Munculnya biota perairan yang bersifat sebagai plankton feeder (biasanya dari jenis kerang-kerangan). Plankton feeder ini secara nyata akan mengkonsumsi plankton yang ada di dalam perairan tersebut sehingga akan mengurangi populasi plankton.

  4. Kondisi sumber pemasukan air tambak pada saat tersebut sangat minim kandungan bibit planktonnya sehingga tidak mampu menyuplai bibit plankton kedalam perairan tambak.

  5. Pada saat terjadi kondisi no. 1 sampai dengan no. 4 tersebut di atas, perlakuan teknis budidaya berupa pemberian pupuk dengan tujuan memacu pertumbuhan plankton akan sia-sia. Pemberian pupuk yang terus menerus pada kondisi ini hanya akan menyuburkan lumut dan pada kondisi tertentu dapat memunculkan fenomena kamuflase plankton, yaitu perairan tambak berwarna kehijauan seolah-olah telah terjadi penumbuhan plankton tetapi sebenarnya perairan tersebut tidak ada bibit planktonnya.

  6. Pada saat kondisi perairan tambak susah dibentuk tersebut maka dapat menyebabkan tambak udang seperti akuarium.
Kondisi tambak udang seperti akuarium pada jangka waktu yang lama sangat berpengaruh terhadap tingkat keseragaman udang. Populasi udang pada kondisi tersebut akan menghasilkan tingkat keseragaman udang sangat bervariasi sehingga secara tidak langsung akan menyebabkan penurunan populasi udang karena terjadi proses kanibalisme yang dilakukan oleh udang berukuran lebih besar memangsa udang dengan ukuran lebih kecil.

Alternatif perlakuan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas adalah antara lain:
  1. Hentikan pemberian pupuk pada saat perairan tambak diindikasikan tidak memiliki bibit plankton.

  2. Lakukan pengangkatan/pengambilan lumut dan biota plankton feeder secara manual sampai dianggap populasi keduanya berkurang secara nyata.

  3. Lakukan proses pengantian air tambak dalam volume yang besar. Sebagai upaya mengurangi guncangan maka proses penggantian air ini sebaiknya dilakukan melalui sirkulasi air dengan system “oplos” (pemasukan air dan pembuangan air dilakukan secara bersamaan) tapi dikondisikan volume pembuangan air lebih besar dibandingkan volume air yang dimasukkan ke dalam tambak.

  4. Lakukan proses no. 3 di atas sampai ketinggian air tambak rendah.

  5. Lakukan proses inokulasi bibit plankton dari petakan tambak lain yang kandungan bibit planktonnya dianggap stabil dan bagus ke dalam petakan tambak yang akan ditumbuhkan bibit planktonnya. Proses inokulasi bibit plankton dapat dilakukan dengan alat bantu selang (pembahasan terkait inokulasi air telah diuraikan dalam pembahasan terdahulu).

  6. Pada saat proses inokulasi, lakukan pemberian pupuk untuk memacu pertumbuhan bibit plankton yang telah diinokulasikan tersebut.

  7. Lakukan proses no. 5 dan no. 6 tersebut di atas sampai kondisi perairan tambak diindikasikan telah tumbuh bibit planktonnya disertai dengan pengoperasian kincir air secara optimal.

  8. Lakukan proses penambahan volume air tambak secara bertahap sampai pada ketinggian tertentu, agar bibit plankton yang mulai tumbuh tersebut tidak terguncang.

  9. Lakukan monitoring secara cermat terhadap perkembangan bibit plankton di perairan tambak tersebut.
Proses-proses tersebut di atas sebaiknya dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penumbuhan bibit plankton dapat maksimal dengan dipacu oleh sinar matahari. Pembahasan tersebut di atas diharapkan dapat dijadikan pemahaman dasar oleh para pelaku usaha budidaya udang agar tidak membiarkan tambak udang seperti akuarium sehingga segala macam kehidupan dan aktifitas organisme yang ada di dalamnya dapat dilihat secara jelas.

Anda menyukai artikel ini, silakan klik tombol oranye ini Subscribe in a reader

Artikel Terkait :

  1. Video 6 - Tambak Udang Atau Akuarium?
  2. Pengelolaan Budidaya Udang Pada Fase Bulan Pertama 05 - Permasalahan Kondisi/Kualitas Udang Kecil
  3. Pengelolaan Budidaya Udang Pada Fase Bulan Pertama 04 - Permasalahan Lingkungan Perairan Tambak
  4. Pengelolaan Budidaya Udang Pada Fase Bulan Pertama 03 – Pengelolaan Pakan
  5. Pengelolaan Budidaya Udang Pada Fase Bulan Pertama 02 – Kualitas Air Tambak
  6. Pengelolaan Budidaya Udang Pada Fase Bulan Pertama 01 – Latar Belakang
  7. Proses Tebar Benur 03 - Proses Aklimatisasi
  8. Proses Tebar Benur 02 - Tahapan Kegiatan
  9. Proses Tebar Benur 01 - Latar Belakang
  10. Kecerahan Perairan Tambak – 03 – Indikator Pada Udang
  11. Kecerahan Perairan Tambak – 02 –Tingkat Kecerahan
  12. Kecerahan Perairan Tambak - 01- Latar Belakang
  13. Warna Air Tambak – 03 – Kriteria Warna Air
  14. Warna Air Tambak – 02 – Aspek Analisis
  15. Warna Air Tambak - 01 - Dasar Pemikiran
  16. Kondisi Dasar Tambak – 03 - Dasar Pertimbangan
  17. Kondisi Dasar Tambak – 02 - Metode Pengamatan
  18. Kondisi Dasar Tambak - 01 - Latar Belakang
  19. Penggunaan Bahan Kimia – 02 - Tahapan Implementasi
  20. Penggunaan Bahan Kimia – 01 - Dasar Pemikiran
  21. Waspada Terhadap Musim Hujan
  22. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Inokulasi Air
  23. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 03 - Pemupukan Air Tambak
  24. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 02 - Sirkulasi Air
  25. Metode Pengelolaan Kualitas Air Tambak 01 - Latar Belakang
  26. Pengelolaan Kualitas Air Tambak 04 - Kondisi Fisik Air Tambak
  27. Identifikasi Permasalahan Kualitas Air Tambak

1 komentar:

  1. Artikelnya bagus, bermanfaat,
    Jika Anda membutuhkan produk Kapur :
    - Kapur pertanian /Kaptan / Dolomite
    - Kapur Tohor /Cao / Kalsium Oksida.
    - Kapur Siram/ CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
    - Kapur mill/ CaCo3 /Kalsium Karbonat dll.
    -Zeolite
    -Bentonite

    Untuk informasi pemesanan Silahkan hubungi penjual :
    081281774186
    085793333234

    Chat whatsapp silahkan klik : https://wa.me/message/PIL7D5MLIJOOJ1

    BalasHapus